Kayu
Bakar dari Limbah Blotong (limbah Pabrik Gula)
Salah satu limbah yang dihasilkan PG dalam proses pembuatan
gula adalah blotong, limbah ini keluar dari proses dalam bentuk padat
mengandung air dan masih ber temperatur cukup tinggi < panas >, berbentuk
seperti tanah, sebenarnya adalah serat tebu yang bercampur kotoran yang
dipisahkan dari nira.
Selama ini
pemanfaatan blotong umumnya adalah sebagai pupuk organik, dibeberapa PG daur
ulang blotong menjadi pupuk yang kemudian digunakan untuk produksi tebu di
wilayah-wilayah tanam para petani tebu. Proses penggunaan pupuk organik ini
tidak rumit, setelah dijemur selama beberapa minggu / bulan untuk diaerasi di
tempat terbuka, dimaksudkan untuk mengurangi temperatur dan kandungan Nitrogen
yang berlebihan. Dengan tetap menggunakan pupuk anorganik sebagai starter, maka
penggunaan pupuk organik blotong ini masih bisa diterima oleh masyarakat. Pada
perkembangan selanjutnya, upaya pemanfaatan blotong sebagai pengganti kayu
bakar mulai dilirik setelah kampanye penggunaan energi alternaif didengungkan.
Pemanfaatan blotong sebagai kayu bakar, sebenarnya sudah lama dijalankan oleh
masyarakat di sekitar PG, hal ini diawali dari pengalaman mereka setelah
melihat bahwa blotong bisa terbakar, dan timbulah pemikiran untuk memanfaatkan
blotong sebagai pengganti kayu bakar dengan cara menghilangkan kadar air yang
terkandung didalamnya. untuk memudahkan dalam penggunaanya sebagai kayu bakar,
mereka mencetak dalam ukuran yang mudah diangkut dan sesuai dengan ukuran mulut
kompor didapur mereka.
Berikut saya akan
berbagi tentang cara pengelolaan limbah blotong sebagai pengganti kayu bakar :
Proses pembuatan
blotong pengganti kayu bakar sangat sederhana, limbah blotong dari pabrik yang
masih panas, diangkut dengan dump truk menuju lokasi pengrajin/pembuat blotong
kayu bakar, blotong ini kemudian dijemur di terik matahari selama 2 – 3 minggu
dengan intensitas matahari penuh. Sebelum total kering, lapisan blotong ini
dipadatkan dengan tujuan untuk mempersempit pori dan membuang sisa kandungan
air, kemudian dipotong seukuran batu bata untuk memudahkan pengangkutan.
Setelah dirasa cukup kering pada satu permukaan, bata blothong ini dibalik,
supaya sisi lainnya juga kering. Hasil yang diperoleh dari proses ini adalah
blothong seukuran batu bata yang bobotnya ringan karena kandungan airnya sudah
hilang. Penggunaan, untuk keperluan memasak dikompor tanah mereka, blotong kering tersebut masih harus dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil menyesuaikan lubang pemasukan kompor. dari satu blotong tersebut, setelah diolah dan kering, kemudian dipindahkan ke dapur sebagai cadangan kayu bakar.
0 komentar:
Posting Komentar